Jumat, 29 Maret 2024

Orang-orang Ini Memang Butuh Diawasi

Ali Muntoha
Senin, 23 Januari 2017 12:59:39
Ali Muntoha [email protected]
[caption id="attachment_106115" align="alignleft" width="150"]Ali Muntoha muntohafadhil@gmail.com Ali Muntoha
[email protected][/caption] PADA dasarnya setiap manusia mempunyai jiwa memberontak atau membelot terhadap sebuah aturan. Namun kadarnya berbeda-beda, ada yang bisa ditekan semaksimal mungkin, sehingga tidak kentara. Ada pula yang sangat tidak bisa ditekan, sehingga selalu menyepelekan terhadap aturan-aturan yang ada. Orang-orang yang seperti ini kadangkala tak memikirkan apakah aturan tersebut berdampak positif terhadap dirinya dan orang lain. Karena mereka menganggap aturan tersebut justru merepotkan, sehingga ketika ada kesempatan mereka tak akan berpikir panjang untuk melanggarnya. Orang-orang seperti ini biasanya pula, baru akan bisa berlaku tertib ketika ada yang mengawasi. Contoh paling sederhana saja, bahkan hampir dilakukan oleh semuanya saat masih berada di bangku sekolah saat ada ujian. Ketika ada pengawas, kita akan tertib tidak nyontek, namun ketika pengawasnya ke luar ruangan, karena ada kesempatan langsung deh membuka contekan. Begitu pula dalam berlalu lintas, pengendara mempunyai kecenderungan untuk melanggar. Entah karena merasa ribet dan tak sabar menaati aturan, atau memang karena mereka begitu meremehkan aturan tersebut. Sehingga orang-orang ini baru akan bisa tertib ketika ada polisi yang mengatur dan “memelototi” mereka. Kita masih ingat, pada era tahun 80 hingga awal-awal 1990an, di beberapa titik jalan ditemui patung-patung polisi. Patung ini biasanya ditempatkan di perempatan jalan, zebra cross dan lainnya. Patung-patung ini (mungkin) sengaja di pasang di tempat-tempat rawan pelanggaran lalu lintas tersebut, sebagai ganti kehadiran polisi yang tidak bisa 24 jam stand by di tempat-tempat itu. Seiring tahun berlalu patung-patung polisi ini sudah menghilang, dan berganti dengan bentuk lain, yang lebih kekinian. Satu di antaranya yang cukup “lucu” adalah munculnya gambar mobil patroli polisi tiga dimensi di Kudus. Gambar mobil polisi ini berada di Perempatan Krawang, sebelah timur SPBU Hadipolo, Kudus. Gambar mobil polisi itu jika dilihat dari jauh sangat-sangat mirip dengan mobil polisi sungguhan. Banyak pengendara yang sempat terkecoh, mengira kalau tengah ada polisi yang mengawasi. Apalagi kalau malam hari, gambar mobil polisi itu sangat terlihat jelas seperti mobil sungguhan karena bisa bercahaya ketika terkena pantulan sinar lampu kendaraan. Gambar itu dipasang oleh Satlantas Polres Kudus dan diberi nama CarPoli-3D. Dan saat awal pemasangan memang cukup sukses membuat keder para pelanggar. Terutama dari arah timur (Pati). Mereka-mereka yang tengah berkendara tanpa helm, atau tak mempunyai SIM dan STNK, sontak saja langsung berhenti dan putar arah. Mereka ketakutan karena mengira itu benar-benar mobil polisi yang tengah menggelar razia. Namun tak sedikit pula yang penasaran, dan mendekati mobil itu. Tawa orang yang penasaran ini langsung pecah, terbahak-bahak karena mengetahui banyak yang tertipu dengan gambar itu. Meski demikian, gambar mobil polisi ini sudah cukup efektif membuat keder para pelanggar aturan lalu lintas. Karena tujuan dipasangnya gambar mobil polisi itu sebagai pengganti kehadiran polisi yang tidak bisa 24 jam. Dari sini masih bisa dilihat kalau ternyata kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas masih setengah-setengah. Mereka akan benar-benar patuh terhadap hukum dan aturan lalu lintas, karena merasa “takut” dengan sanksi dan karena ada polisi yang mengawasi. Belum pada tataran kesadaran murni dari diri sendiri. Kita lihat hari ini di jalur pantura dari Kudus ke timur hingga Rembang, masih banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Di Pati, jalur cepat yang seharunya hanya boleh dilewati kendaraan roda empat atau lebih, banyak diterobos oleh pengendara sepeda motor, terutama saat malam hari. Karena apa?, karena tak ada polisi yang mengawasi. Alhasil kecelakaan selalu terjadi di jalur ini. Di Rembang juga tak ada bedanya. Bahkan keberadaan tiga lampu lalu lintas di kabupaten ini seperti tidak ada fungsinya sama sekali. Meski lampu lalu lintas menyala berwarna merah, banyak pengendara yang tetap nyelonong. Angkutan juga seenaknya sendiri berhenti dan menaik atau menurunkan penumpang. Tiga lampu bangjo ini kebanyakan berada di wilayah Rembang bagian timur. Bahkan dua di antaranya berada di jalur pantura Rembang. Yakni lampu lalu lintas di Pertigaan Pasar Sarang serta Pertigaan Pandangan, Kragan. Sementara satu lampu lalu lintas yang tidak efektif karena tidak dipatuhi pengendara berada di pertigaan Koramil Pamotan. Lampu-lampu lalu lintas di tiga titik ini sering tidak dianggap keberadaanya. Traffic light di Pasar Sarang, kerap dilanggar pengendara sepeda motor, sepeda motor roda tiga serta andong. Biasanya mereka melanggar saat melintas dari arah pasar menuju timur atau barat. Tak pelak, ulah dari sebagian pengendara tersebut justru menimbulkan kemacetan dan potensi kecelakaan. Kondisi itu juga diperparah masih banyaknya angkutan umum, seperti bus mini yang sengaja berhenti lama di pertigaan. Di pertigaan Koramil Pamotan, pengendara dari arah Lasem dan Sedan juga kerap tidak menggubris adanya lampu merah yang menyala. Pelanggaran didominasi oleh kendaraan roda dua. Sementara itu, traffic light di pertigaan Pandangan sampai saat ini masih belum difungsikan. Padahal, rambu tersebut sudah sebulan lebih dipasang oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Rembang. Akibatnya, lokasi tersebut masih kerap semerawut oleh lalu-lalang kendaraan dari tiga arah. Para pengendara di tiga titik ini baru bisa tertib jika ada polisi yang hadir, memelototi sambil mengatur arus lalu lintas. Kondisi seperti ini memang bukan masalah baru, tapi sudah menahun dan belum ada peningkatan berarti. Polisi maupun instansi-intansi lain tak henti-hentinya menggelar sosialisasi, tapi tak berdampak banyak. Padahal dari menyepelekan aturan lalu lintas ini dampak nyatanya sudah sangat terlihat. Setiap tahun angka kecelakaan tak pernah menurun, melainkan terus naik. Korban meninggal di jalanan semakin banyak. Harapan kita bersama jalanan di Negara ini benar-benar aman, bukan hanya dengan selalu menuntut pemerintah untuk melengkapi berbagai fasilitas pendukung. Tapi juga dengan meningkatkan kesadaran dari individu masing-masing, sehingga tak ada lagi korban berjatuhan di jalan raya. (*)

Baca Juga

Komentar